Hewan  bernama jangkrik (gryllus sp) lebih banyak beken sebagai salah satu  bahan pakan ayam atau burung. Lebih dari itu, jangkrik sering dipelihara  anak-anak ataupun di rumah-rumah sebagai hewan aduan ataupun sebagai  pengusir tikus.
Nanin Dwi Retnowati (kiri) dan Ria Hayati dua dari 5 Mahasiwa semester lima Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menunjukkan roti kering berbahan dasar Jangkrik (Gryllus sp) 
Namun, banyak penelitian menyebutkan  bahwa kandungan gizi dalam daging jangkrik ternyata bermanfaat bagi  manusia. Kandungan proteinnya tiga kali lipat kandungan daging ayam,  sapi dan udang.
Jangkrik juga mengandung protein omega  3, omega 6 dan omega 9 yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Selain  itu, konsumsi jangkrik dipercaya dapat menambah stamina tubuh, menambah  gairah seksual, serta mampu menunda menopause bagi wanita.
Tak heran jika jangkrik kemudian marak  dibudidayakan. Apalagi pada tahun 1998 ketika budidaya jangkrik dan  cacing sedang booming. Saat ini, sebagian besar hasil budidaya jangkrik  untuk pasokan pakan ternak.
Namun, di tangan Sri Rahayu, pemilik Sri  Gryllus/Latansa, jangkrik diolah menjadi peluang usaha baru yang patut  dilirik. Yaitu sebagai makan an siap saji. Seperti peyek, rendang,  balado, biskuit dan srundeng.
Semua makan an ini sudah mendapat  sertifikat dari dinas kesehatan dan dari MUI setempat. sehingga halal  dan aman dimakan. “Tapi hati- hati, yang alergi udang tidak bisa makan  ini,” tutur Sri.
Dari hasil jualan jangriknya ini, nenek  berusia 66 tahun ini bisa mendapat penghasilan antara Rp 7 juta sampai  Rp 8 juta per bulannya. Padahal wilayah pasar utamanya masih sekitar  Riau saja.
Menurut Sri, tahun 1998 silam dirinya  tertarik membudidayakan jangkrik. “Gara-garanya, di Jogja waktu itu  sedang marak budidaya jangkrik. Lalu saya tertarik mempelajari dari  buku,” ujarnya.
Sate Jangkrik 
Tanpa pikir panjang, Sri lantas membeli  300 ekor jangkrik betina dan 100 ekor jangkrik jantan. Harganya waktu  itu Rp 25 per ekor. “Budidaya jangkrik sangat mudah dan tidak makan  tempat. Cukup sediakan kotak-kotak khusus saja,” ujar Sri enteng. Sri  sendiri saat ini tinggal memiliki 30 kotak jangkrik berisi masing-masing  4000 ekor jangkrik.
Kemudian, tahun 2000 Sri mulai panen  jutaan ekor jangkrik. Sayang, waktu itu harga jangkrik sedang turun.  Bingung harus berbuat apa, Sri lantas menggoreng jangkrik-jangkrik  tersebut dan dibagikannya ke teman-temannya. “Rata-rata suka dan bilang  enak. Dari situ saya berfikir bahwa ada peluang usaha di jangkrik ini,”  ujarnya.
Sejak itu, Sri terkenal sebagai  pengusaha kapsul jangkrik. Kapsul tersebut dijual seharga Rp 100.000 per  botol dengan isi 50 butir kasul. Beratnya 500 miligram. “Dalam sebulan,  saya bisa memenuhi pesanan kapsul sebanyak 20 kilo kapsul,” ujarnya  senang.
Nah, tahun 2008 silam, Sri kembali  melakukan kreasi dengan membuat peyek jangkrik. Tak disangka, peminatnya  membeludak. Dalam sebulan, Sri bisa menghasilkan 15 kilo peyek yang  dijual seharga Rp 60.000 per kilo. Peyek jangkrik ini bisa tahan sampai  20 hari.
Sementara bahan jangkriknya hanya butuh 5  kilo saja. “Kalau sedang kekurangan jangkrik, saya ambil dari jangkrik  pembudidaya lain seharga Rp 45.000 per kilo. Tapi jarang,” ujarnya.
Setelah sukses dengan peyek jangkrik,  Sri lantas berinovasi membuat rendang jangkrik. “Kebetulan di Riau  banyak orang Minang. Mereka kan suka rendang,” kilahnya.
Dalam sebulan, Sri bisa membuat 12 kilo  rendang dari bahan 10 kilo jangkrik. Harga jualnya Rp 80.000 per kilo.  Makanan ini bisa tahan sampai tiga bulan.
Lantas, muncul pula balado jangkrik.  Untuk makan an jenis ini, jangkrik dan sambal (balado) digoreng  terpisah. Lalu setelah itu, dicampurkan. “Untuk balado ini belum banyak  peminatnya. Saya hanya buat 8 kilo sebulan. Harganya Rp 80.000 per  kilo,” lanjut Sri. Balado ini tahan selama sebulan.
Aneka Olahan Jangkrik
Ada juga biskuit jangkrik.  Bahan-bahannya dari kelapa, jahe dan jangkrik yang digiling halus dan  ditambahkan telor serta mentega. Setelah jadi adonan, dicetak. “Warna  biskuitnya hitam seperti Oreo. Jadi banyak yang suka,” kekeh Sri.
Dalam sebulan, Sri bisa memproduksi 20  kilo biskuit dengan bahan jangkrik sebanyak 10 kilo. Harganya Rp 60.000  per kilo. Tak hanya itu, Sri juga membuat serundeng jangkrik. Dalam  sebulan, Sri bisa membuat lima kilo serundeng jangkrik seharga Rp 30.000  per kilo. “Bahan jangkriknya sedikit karena hanya untuk suwiran saja,”  ujarnya.
Lantaran unik, produk Sri sering  mendapat kesempatan pameran ke luar negeri sebagai produk unggulan  Provisni Riau. Misalkan saja ke Korea Selatan, Taiwan dan Singapura.  “Sampai saat ini, mungkin baru saya pemain olahan makan an jangkrik  ini,” pungkasnya. (Aprillia Ika/Kontan)



Mas Vikrie bolehkah saya minta contact Ibu Sri? kalau boleh tolong kirim ke email saya ya rocko_dox@yahoo.com
ReplyDeleteterima kasih sebelumnya :)
sukses Mas..
Post a Comment