HUBUNGAN BAIK ANTARA KGPAA MANGKUNEGARA VII DAN K.H.A. DAHLAN, YANG MELAHIRKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN (d/h PADVINDER MUHAMMADIYAH)
By: Diah Purnamasari (cicit KHA Dahlan)
Dalam rangka Hari Pramuka, 14 Agustus
☀🇮🇩☀🇮🇩☀🇮🇩☀
Sebelum mengupas tuntas tentang hubungan kedua lembaga tsb, mari kita mengenal tokoh-tokoh di balik berdirinya Padvinder Muhammadiyah.
Seperti yang selama ini telah kita baca di beberapa artikel di website-website milik Muhammadiyah tentang sejarah kepanduan Hizbul Wathan, diceritakan bahwa ide kepanduan Muhammadiyah ini muncul seolah-olah hanya berawal dari sebuah “ketidaksengajaan”, yaitu ketika KH Ahmad Dahlan sering memberi kajian ke Surakarta selama periode 1918 dan kagum ketika melihat pandu Mangkunegaran sedang latihan baris berbaris.
Tapi benarkah hanya seperti itu? Hanya sebatas itu saja? 🤔
Hmmm... Mari kita gali lebih dalam... 😊
Yuk disimak... 😉
☀🇮🇩☀🇮🇩☀🇮🇩☀
KANJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA MANGKUNEGARA VII (berkuasa 1916-1944)
Beliau adalah salah seorang putera KGPAA Mangkunegara V. KGPAA Mangkunegara VII dilahirkan pada tanggal 12 November 1885 dengan nama RM. Suryosuparto.
KGPAA Mangkunegara VII adalah seorang raja yang berpandangan modern. Beliau berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah Praja Mangkunegaran melalui usaha perkebunan (onderneming), terutama komoditas gula. KGPAA Mangkunegara VII juga pencinta karya seni dan budaya Jawa terutama musik dan drama tradisional.
KGPAA Mangkunegara VII adalah tokoh organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo. Beliau juga menjadi penasihat di organisasi pelajar Jong Java. Kecintaan Mangkunegara VII terhadap budaya Jawa ditunjukkan dengan mendirikan Lingkar Studi Filosofi Budaya (Cultuur-Wijsgeerige Studiekring) dan Lembaga Kebudayaan Jawa (Java-Instituut). Lembaga ini bertujuan memajukan perkembangan kebudayaan Jawa, Madura dan Bali. Java Instituut merupakan cikal bakal pembangunan Museum Sonobudoyo di Yogyakarta.
(Sumber: Website https://puromangkunegaran.com)
Dari point fakta bahwa KGPAA Mangkunegoro VII adalah tokoh Boedi Oetomo, maka mulai terkuaklah fakta bahwa sebenarnya Padvinder Muhammadiyah muncul dari sebuah hubungan yang terjalin baik antara KGPAA Mangkunegoro VII dengan KH Ahmad Dahlan melalui Boedi Oetomo.
Sejarah keluarga dan murid-murid KH Ahmad Dahlan menuliskan bahwa KH Ahmad Dahlan pernah menjadi Tuan Rumah pada Kongres Boedi Oetomo II pada tanggal 11-12 Oktober 1909. Namun catatan sejarah ini belum banyak diketahui oleh khalayak.
Sejak tahun 1909 KH Ahmad Dahlan telah bergabung di Boedi Oetomo.
Pada Kongres Boedi Oetomo II yang diselenggarakan di komplek kediaman KH Ahmad Dahlan, yaitu di 3 dari 5 ruang kelas yang dimiliki KH Ahmad Dahlan di komplek kediamannya, KH Ahmad Dahlan ditetapkan menjadi pengurus Kring Kauman dan menjadi salah satu Komisaris dalam kepengurusan Boedi Oetomo cabang Ngayogyakarta.
Ruang kelas bersejarah tsb sampai sekarang masih ada dan bisa dilihat ketika mengunjungi Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta.
Di Boedi Oetomo-lah KH Ahmad Dahlan mulai banyak berinteraksi dengan RM. Suryosuparto dan saling bertukar ide. Hubungan baik ini masih terus berlanjut hingga RM. Suryosuparto dinobatkan menjadi Adipati Mangkunegara kaping VII, menggantikan Adipati Mangkunegara VI.
LATAR BELAKANG BERDIRINYA KEPANDUAN MANGKUNEGARAN (JPO)
Keadaan sosial politik di tanah Jawa pasca berakhirnya Perang Diponegoro pada tahun 1830 membuat Kolonial Belanda telah membatasi kekuasaan, wewenang, pengaruh, wibawa, dan hak-hak istimewa raja-raja di Vorstenlanden (baca: wilayah-wilayah kerajaan). Bagi raja-raja di Vorstenlanden, termasuk KGPAA Mangkunegara VII, sikap Kolonial Belanda ini sangat menyakitkan. Namun yang lebih menyakitkan hati lagi bagi KGPAA Mangkunegara VII adalah sikap pemerintah kolonial Belanda yang selalu berusaha membatasi, mengawasi dan mencurigai keterlibatannya dalam gerakan nasional Boedi Oetomo.
Berkaitan dengan kondisi sosial politik yang dihadapi oleh KGPAA Mangkunegera VII sejak awal pemerintahannya tersebut, maka tampaklah tujuan utama Mangkunegara VII mendirikan JPO (Javaansche Padvinders Organisatie), sebuah organisasi kepanduan pribumi milik swapraja Mangunegaran dan bercorak jawa.
Dalam hal ini JPO merupakan salah satu cara dan sarana baginya menunjukan dan menegaskan nasionalisme, kepemimpinan, kekuasaan, pengaruh, kepeloporan dan gerakan majunya dihadapan pemerintah kolonial Belanda.
JPO yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegara VII pada bulan September 1916 yang menjadi organisasi kepanduan pribumi yang pertama kali ada di Indonesia.
Adanya organisasi kepanduan Mangkunegaran telah menginspirasi beberapa tokoh pergerakan nasional, termasuk dalam hal ini KH Ahmad Dahlan.
Selama periode 1918, KH Ahmad Dahlan setiap minggu selalu mengisi kajian di SATV Surakarta. Dalam beberapa kesempatan setiap ke Surakarta, KHA Dahlan menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke KGPAA Mangkunegara VII di istana Mangkunegaran. KHA Dahlan tertarik melihat pelatihan JPO di Lapangan Mangkunegaran, dan kemudian muncul gagasan untuk mendirikan kepanduan yang sama.
Kemudian KHA Dahlan mengutus salah seorang muridnya untuk mempelajari tata cara pengelolaan organisasi kepanduan di Puro Mangkunegaran.
“Seseringnya KH Ahmad Dahlan berjalan di depan Mangkunegaran setiap minggunya saat mengisi pengajian SATV, ia melihat pasukan anak-anak dan remaja berpakaian kavaleri, artileri yang sedang latihan di Lapangan Mangkunegaran. Kemudian KH Ahmad Dahlan muncul ide membuat Hizbul Wathan yang dulu diberi nama Padvinder Muhammadiyah,”
“Jadi adanya kepanduan HW itu diilhami melihat keunggulan Puro Mangkunegaran itu sebagai sebuah pasukan kavaleri dan artileri, dan saat ini pun ada jejak berupa bangunan artileri dan kavaleri. Dengan khas pakaiannya yang pendek pada waktu itu,” (Subari; Muhammadiyah.id; 2018)
Setelah mempelajari dengan seksama tata kelola organisasi kepanduan di Puro Mangkunegaran, Padvinder Muhammadiyah pun didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 20 Desember 1918, dan kemudian berganti nama menjadi Hizbul Wathan pada tahun 1920.
Ketertarikan KH Ahmad Dahlan pada kepanduan Mangkunegaran karena di dalam organisasi ini telah mempunyai anggaran dasar dimana anak-anak remaja diajarkan tentang keutamaan budi pekerti, olah pikir, kesehatan, mencintai sesama dan tolong menolong.
Hal itu melekat betul pada Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dimana kepanduan ini berasaskan Islam dan didirikan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi, serta berakhlak karimah dengan tujuan terwujudnya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, umat dan bangsa.
Inspirasi lain yang melekat betul adalah warna bendera yang dipakai Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang sama dengan warna Bendera Praja Mangkunegaran yaitu hijau dan kuning yang kemudian di Hizbul Wathan warna itu menjadi strip berwarna hijau dan lima strip berwarna kuning dengan kiri atasnya terdapat logo HW berwarna putih. Dimaksudkan, bahwa jumlah strip hijau berjumlah enam bermakna Rukun Iman dan strip berjumlah lima bermakna Rukun Islam.
Dan... Dari kepanduan Hizbul Wathan ini pula lahir seorang Jenderal Besar, Jenderal Soedirman
☀🇮🇩☀🇮🇩☀🇮🇩☀
Sumber:
- Muhammadiyah.or.id
- Hizbulwathan.or.id
- Puromangkunegaran.com
- Timeline KHA Dahlan dan Muhammadiyah dari 1868 s/d 1925 (Buku Silsilah KHA Dahlan revisi terakhir 2019 Hal. 426 & 431)
- Penuturan Sesepuh Keluarga
إرسال تعليق