Terapi Pijat Saraf dan Prilaku, Bagi Anak Autis

Oleh: Syaifulloh
Tukang Pijat (Keturunan Ke-14 Joko Tingkir)

Anak berkebutuhan Khusus (ABK) saat ini telah mengalami jumlah yang terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini merupakan kecenderungan dari berbagai masalah pola hidup dan lain sebagainua yang dapat berpengaruh kepada perkembangan anak.

Di Indonesia tidak ada data yang pasti. Tahun 2010 yang merujuk pada Incidence dan Prevalence ASD yaitu 2 kasus baru per 1.000 penduduk per tahun serta 10 kasus per 1.000 penduduk (BMJ, 1997), sedangkan penduduk Indonesia yaitu 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14% (BPS, 2010), maka diperkirakan penyandang ASD di Indonesia yaitu 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru 500 orang/tahun.

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan nerobiologis yang berat yang terjadi pada anak, dimulai sejak usia 6 bulan dalam kandungan dan berlanjut terlihat dalam masa perkembangannya dan terus sampai dewasa jika tidak ditatalaksana secara tepat. Penyandang autisme mengalami gangguan/masalah pada interaksi sosial, komunikasi non-verbal dan verbal, juga pada minat serta aktivitas yang terbatas dan berulang-ulang.

Bila anak-anak tersebut mengalami perkembangan yang kurang baik sampai usia sekolah, itu akan menjadi masalah pada pendidikannya. Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan berbagai pihak untuk membantu mengatasi masalah itu. Pemerintah melalui Kemendikbud juga telah mengeluarkan peraturan terkait masalah ini dengan mendirikan atau menunjukkan Sekolah-Sekolah inklusi baik tingkat dasar maupun menengah atas.

Sesuai dengan masalah yang dihadapi setiap individu di dalam mengikuti pembelajaran di sekolah inklusi, tentunya banyak peran yang harus dilakukan oleh sekolah dan orang tua agar anaknya dapat berkembang sesuai dengan usia perkembangan anak normal.

Melihat kondisi anak berkebutuhan khusus itu adalah anak-anak yang membutuhan perhatian dan bantuan belajar yang lebih (ekstra) dibanding murid lainnya. Inilah tantangan terbesar bagi guru, sekolah dan orang tua agar anak tersebut bisa mengikuti pelajaran sesuai dengan tingkat kompetensi.

Murid ABK membutuhkan penanganan khusus karena umumnya mereka membutuhkan berbagai perlakuan, baik terapi prilaku atau terapi lainnya dalam masalah pertemanan, belajar, toilet training dan penyesuaian dengan lingkungan sekolah.

Perlakuan khusus ini diperlukan sampai anak bisa mandiri mengurusi dirinya sendiri sampai bisa mengikuti proses belajar mengajar dan bisa mengikuti aturan yang berlaku di sekolah sehingga terapi anak ABK membutuhkan waktu yang panjang, telaten dan kesabaran yang ekstra tinggi dengan melakukan terapi perilaku dan pijat saraf.

Pada ABK dengan terapi perilaku sering dikenal sebagai metode ABA. Metode ABA atau kepanjangan dari Applied Behavior Anaylisis ini ditemukan oleh seorang psikolog dari Amerika bernama O Ivar Lovaas Phd sehingga terkadang metode ini juga dinamakan metode Lovaas. Terapi perilaku ini ada untuk mendidik sang anak dalam menjaga pola tingkah mereka, dan juga mengurangi perilaku tidak wajar yang sering mereka lakukan. Dengan kata lain terapi perlaku ini mendidik sang anak supaya mereka bisa mengontrol apa yang mereka lakukan.

Terapi perilaku membutuhkan penanganan khusus pda setiap anak dan membutuhkan waktu yang cukup panjang agar anak dapat berkembang sesuai dengan norma yang berkali2 di sekolah, rumah dan masyarakat. Diperlukan laporan perubahan secara signifikan agar diketahui tingkat perkembangannya melalaui program yang dirancang dengan PPI (Pelayanan Pendidikan Individu) menyesuaikan dengan Kurikulum nasional.

Salah satu alternatif terapi penyembuhan sebagai pendamping terapi perilaku adalah dengan pijat saraf yang digunakan untuk anak penyandang autis. Pijat saraf ini adalah metode penyembuhan dan tidak membahayakan dan bisa membuat anak nyaman dengan terapi pijat itu.

Semua gangguan pada sistem di tubuh terjadi karena ketidak sinkronan antara organ satu dengan lainnya. Antara saraf motorik dan saraf sensorik sehingga ketidaksinkronan pada organ tubuh dan saraf ini perlu dikondisikan agar dapat berfungi seperti sediakala dan bisa mengikuti perkembangan sesuai usianya.

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan membuat diagnosi sederhana dan ditulis pada lembaran pada status anak berisi nama anak, umur dan alamat Ortu serta Nomer telpon yang bisa dihubungi beserta segala macam informasi sebagai langkah awal sebelum melakukan pemijatan.

Selanjutnya dilakukan palpasi dengan jalan memegang, meraba, dan menggerakkan bagian tubuh. Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan tangan ini memungkinkan pemeriksa mengetahui adanya perubahan suhu badan, kelainan bentuk bagian-bagian tubuh, denyut nadi, kebebasan dan kekuatan gerakan anggota badan.

Pemeriksaan palpasi bertujuan memperoleh data lebih banyak mengenai apa yang dapat dilihat pada waktu memperhatikan keadaan fisik pasien. Misalnya, pembesaran ginjal yang tidak terlihat pada waktu inspeksi dapat dengan mudah teraba pada pemeriksaan palpasi. Selain itu, dengan palpasi dapat dicari dan diketahui adanya benjolan atau tumor, tanda-tanda luka, perubahan denyut nadi atau suhu badan, pembesaran kelenjar gondok, dan tanda-tanda kelainan paru- paru dan jantung. Demikian pula adanya cairan bebas di dalam rongga perut dapat diketahui dengan perabaan. Organ di dalam perut, seperti hati dan limpa, dapat diraba dengan mudah bila terjadi pembesaran. Palpasi juga memungkinkan dilakukannya pengujian terhadap pergerakan dan kekuatan otot anggota tubuh.

Selanjutnya dilakukan pemijatan dengan memperhatikan kondisi umum di anak, tidak boleh terlalu lapar, tidak boleh terlalu kenyang dan dalam kondisi terlalu emosional.

Memijat anak autis membutuhkan kesabaran dan ketlatenan, belum tentu sekali pertemuan bisa dipijat, biasanya anak mengalami ketakutan. Perlu dikondisikan anak pada posisi yang nyaman sebelum dilakukan pemijatan. Bisa disediakan Permainan yang disukai anak-anak agar tercinta suasana yang ceria.

Selanjutnya menentukan titik pijat sesuai dengan masalah yang dialami oleh anak Autis tersebut. Titik saraf yang dipijat menyesuiakan tingkat kekhususan masalah dan gangguan yang dialaminya. Biasanya hubungan tiap saraf untuk menyelesaikan masalah itu membutuhkan beberapa kali dignosa agar dapat menemukan dengan tepat titik saraf terutama pada sensoriknya.

Lama pemijatan untuk anak-anak berkisar 5-10 menit, setiap pijatan pada titik tentunya akan memberikan rangsangan pada daerah yang dilintasi oleh titik meridian dan organ yang memiliki hubungan dengan titik organ yang di pijit.

Lama pijatan yang berekasi menguatkan biasanya dilakukan Senanayake 3 kali putaran atau tekanan dengan arah pijatan sesuai dengan arah jarum jam. Biasanya anak-anak yang memiliki rasa geli perlu diusap-usap terlebih dahulu sampai nyaman baru dilakukan tekanan ringan pda titik saraf tersebut.

Perlu berbagai macam pijatan yang sesuai agar dapat menghasilkan perkembangan maksimal dan anak bisa berkembang dengan baik Setelah mendapatkan terpi pijat dan perilaku.

Perlu menjadi perhatian bagi orang tua dan guru bahwa segala macam jenis terapi ini adalah salah satu upaya untuk membantu anak. Tetapi yang lebih penting adalah para orang tua harus banyak melakukan tirakat dengan puasa senin-kamis, shalat hajat dan tahajud untuk mendoakan anaknya setiap saat tanpa lelah dan sabar tidak berkesudahan.

Diolah dari beberapa guru dan sumber

Wassalam

Komentar Anda

Previous Post Next Post