Journey to Iran

Buku Pelangi di Persia diterbitkan ulang dengan sedikit perubahan (update) konten, dengan judul “Journey to Iran”
ENDORSMENT:
“Buku ini tidak akan mengajak kita mengunjungi tempat-tempat wisata yang sering ditulis media atau ditawarkan biro perjalanan wisata, namun penulis akan membawa kita menjelajahi Iran layaknya seorang etnografer/antropolog.”(Matatita, travel writer)
Perjalanan Dina ke berbagai wilayah Iran yang sangat beragam itu membuka mata kita tentang latar belakang kultur/budaya yang sangat beragam di Iran, kesukuan/etnisitas, agama, sejarah, bahkan modernitas dan gaya hidup orang-orangnya, di kota maupun di desa-desa di pegunungan. Keindahan negara Iran juga digambarkan dengan saksama, menggoda kita untuk berangan-angan pergi ke sana pada suatu ketika.
[Sirikit Syah, penulis dan pengamat media, pendiri Media Watch]
Saya menabung mimpi: mengunjungi negeri para Mullah yang penuh magis dan kekayaan kebudayaan Islam sekaligus Persia klasik itu, ditemani oleh penulis, dengan gaya backpacker.
[Imazahra, Penulis Kuliah Gratis Keluar Negeri, Mau? (2) dan Backpacker ke 23 Negara]
Versi awal buku ini, Pelangi di Persia, mendapat sambutan cukup baik dari pembaca, berikut di antaranya:
Rini wrote:
Membaca buku ini pada saat-saat mencontreng yang sedang heboh memang tepat. Bagian paling menarik adalah penelusuran politik dan permainan media, khususnya Amerika, tentang pidato Ahmadinejad yang diterjemahkan ‘begitu saja’ sehingga ia menimbulkan kesan bahwa Islam itu anti damai dan Iran adalah ‘sarang’ teroris. Padahal setelah ditelisik naskah aslinya, beliau tidak menghendaki Israel dihapuskan atau dibasmi, melainkan rezim Zionisnya saja yang kejam tak terkira.
Buku ini bukan sekadar panduan travelling atau memoar biasa, tetapi sangat mengayakan wawasan. Tidak benar, Iran tertutup. Tidak benar, Iran menindas wanita. Buktinya ada yang belajar kungfu dan menjadi polisi. Tidak benar pula seni diberangus total.
Sungguh, aku tidak menyesal membeli dan membaca buku ini. Kalaupun ada kekurangannya, adalah pada penyuntingan. Yang paling mengganggu adalah kalimat Ahmadinejad yang begini: be angry at us, dan </i>die of this anger</i>! Seandainya kejanggalan tersebut tidak terjadi, maka aku akan memberinya lima bintang secara bulat.
Nadiah wrote:
Buku ini adalah salah satu buku non-fiksi yang sangat saya minati. Pandangan saya tentang sebuah negeri bernama Iran banyak berubah setelah membaca buku ini.
Dina Y. Sulaeman dan suaminya, Otong Sulaeman, menyajikan beragam kisah, peristiwa dan tempat-tempat yang luar biasa yang mereka lewati di Iran. Bagi saya, buku ini bukan sekedar buku tentang sebuah negeri, melainkan juga buku yang bernilai relijius.
Satu kisah yang ditulis Otong bahkan membuat saya menangis tersedu-sedu dan begitu haru, mengingat kembali indahnya rasa ikhlas, merasakan kembali nikmatnya cinta Ilahi. Kisah itu adalah kisah Mehdy, seorang supir taksi yang membawa Otong berkeliling di suatu kota di Iran — kisah inilah yang membuat saya memberi 5 bintang untuk buku ini.
Pemaparan tentang sistem pemilihan di Iran yang begitu simpel membuat saya sedih dengan sistem di sini. Andaikan warga Indonesia seperti itu juga, bersemangat dan jujur dalam memilih, tentunya tidak perlu repot-repot memesan kotak suara atau tinta khusus (yang nyatanya mudah hilang juga) sehingga menghabiskan uang rakyat.
Satu lagi yang membuat saya terkesan dengan Iran, yaitu gerbong kereta yang dipisahkan antara perempuan dan laki-laki — meski ada juga gerbong campuran untuk suami istri). Kapan ya, Indonesia bisa seperti itu?
Andai buku ini dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris agar dunia barat dapat melihat Iran (dan/atau Islam) dengan cara berbeda…atau sudah?
—-
Dhini wrote:
buat siapa aja yang merasa iran sebagai negara yang “mengerikan” dan “kaku”, baca deh buku ini…
penulisnya udah 8 tahun tinggal di sana.. dan buku ini semacam catatan keseharian serta interaksinya dengan masyarakat iran.
sbg negara yg pernah jadi salah satu pusat peradaban kuno dunia.. dan sekaligus negara yang sering dapat embargo ekonomi dari Paman Sam, ternyata masih banyak sisa peninggalan kebudayaan Persia yang dapat ditemukan di sana…
bagus.. banget deh…!!

Komentar Anda

Previous Post Next Post