Minset Merubah Diri Sendiri

 


Johan sedang sibuk. Hari ini merupakan tenggat penyelesaian tugas kantor. Bukan beratnya pekerjaan yang membuat dia garuk-garuk kepala. Mamat, anaknya yang masih 5 tahun, minta ditemani bermain. Istri Johan sedang belanja.


“Nak, Ayah selesaikan kerjaan dulu, ya. Habis itu kita main bareng,” kata Johan.


Namanya juga anak-anak, belum paham kesibukan orang tua. Mamat bukannya main sendiri, malah menangis meraung-raung.


Johan menghentikan kerjaannya. Dengan cepat dia berpikir. Kemarin, ketika membaca majalah, dia melihat ada peta dunia di satu halaman. Johan mengambil majalah tersebut, menanggalkan halaman yang ada peta dunianya. Lalu peta dunia itu dia potong-potong dengan gunting. Jadilah sebuah puzzle peta dunia.


“Nak, sini. Ayah punya puzzle, nih.” Johan memanggil Mamat. “Sini, Mamat duduk dekat Ayah. Mamat susun puzzle ini.”


Johan sengaja menggunting peta tersebut menjadi banyak potongan puzzle. Tujuan jelas, supaya Mamat butuh waktu lama untuk menyusunnya. Nah, dengan begitu Johan punya cukup waktu menyelesaikan pekerjaan.


Belum 5 menit, Mamat sudah berhasil menyusun puzzle itu. Tentu saja Johan heran. Kalau dia yang menyusun, belum tentu dalam 5 menit bisa selesai.

“Hebat anak Ayah. Eh, bagaimana Mamat bisa menyusunnya dengan cepat?”


Mamat terkekeh. Dia bilang bahwa halaman majalah di balik peta dunia itu berisi wajah seseorang. Mamat kan sudah tahu bagian-bagian wajah manusia. Nah, dia merangkai wajah itu, sekaligus menyusun puzzle peta dunia yang rumit.


“Ayah, kita main yang lain, yuk! Yang lebih seru,” ajak Mamat. Johan tepuk jidat.


Ujung dari pendidikan adalah hadirnya sesuatu yang lebih baik. Ini artinya ada sesuatu yang berkembang, ada perubahan.


Nyatanya, perubahan adalah sesuatu yang pasti. Masalahnya adalah ada yang tidak peka dan tidak peduli dengan perubahan. Mereka biasanya sekadar menjalankan tugas, tidak berani keluar dari zona nyaman, dan menyukai status quo. Dalam dunia pendidikan, ada guru yang tipenya seperti ini. Yang pasti bukan Anda kan?


Bayangkan, apakah mungkin sesuatu akan berkembang kalau tak ada yang berubah? Hil yang mustahal.


Ada juga yang punya cita-cita mulia, ingin membuat perubahan. Bahkan, ingin mengubah dunia. Namun, bingung bagaimana caranya.


Yuk, kita belajar dari Mamat. Kalau mau mengubah dunia, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah orang di balik dunia itu. Siapa? Anda!


Ya, jangan bermimpi mampu mengubah dunia kalau mengubah diri sendiri saja tidak bisa. Jangan berharap murid-murid akan berubah kalau kita ─gurunya─tidak berubah, tidak mau memperbaiki diri, tidak meningkatkan kapasitas dan kompetensi.


“Semua orang berpikir cara mengubah dunia, tetapi tidak ada yang berpikir cara mengubah diri sendiri.” Leo Tolstoy.


Komentar Anda

Previous Post Next Post