Kejatuhan Damaskus 19 September 634 M Membuka Jalan Penaklukan Arab, Hingga Spanyol

Pada tanggal 19 September 634 M,

Kota Damaskus jatuh ke tangan 

kekhalifahan yang sedang tumbuh. Penaklukannya merupakan titik balik sejarah dan menandai perluasan kekhalifahan ke Wilayah Timur Tengah dan Afrika.


Ekspansi Arab di wilayah itu membuka lahirnya dunia yang kita kenal sekarang. Ekspansi ini menciptakan salah satu kerajaan terbesar di dunia yang pernah ada.


Pendahuluan Penaklukan Arab Atas Damaskus.

Awal abad ke-7 Masehi ditandai oleh perang antara Kekaisaran Bizantium dan Sassaniyah. Kedua kerajaan berada dalam konflik terus-menerus selama beberapa dekade dan tidak terlalu memperhatikan munculnya ancaman yang meningkat. Konflik dan pertempuran teritorial mereka berakhir dengan terlambat pada 627 M dan membuat mereka benar-benar tidak siap dengan peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.


Sementara itu, Nabi Muhammad SAW berhasil menyatukan Orang-orang Arab. Sepeninggalnya, sebagian besar Wilayah Arab sudah berada di bawah otoritas politik religius tunggal. Meskipun wafatnya Nabi adalah alasan pemisahan dalam ajaran Islam (Syiah dan Sunni), yang juga merupakan inspirasi penaklukan Arab. Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang pada waktu itu terpilih untuk menggantikannya oleh beberapa pengikut, memulai gerakannya pada 633 M. Target utamanya adalah Kekaisaran Sasaniyah (Persia) dan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur).


Abu Bakar Ash-Shiddiq bergerak cepat dan berhasil dengan jalan penaklukan. Provinsi Persia di Mesopotamia (Irak) menjadi penguasaan Arab, dan kemudian Orang-orang Arab memasuki Kekaisaran Bizantium. Setelah melewati Pasukan Romawi Timur dan merebut wilayah yang penting (Yarmuk), sekarang mereka mengarah ke Damaskus. Abu Bakar didukung oleh jendralnya yang cakap, Khalid Ibnu Walid.


Pengepungan Damaskus.

Khalid Ibnu Walid memahami betul pasukannya tidak memiliki senjata pengepungan (seperti pelontar batu) untuk menjatuhkan Kota Bizantium yang telah dibentengi, lalu dia mengambil pendekatan lain. Para penakluk Arab mengepung kota dari semua sisi dan memutuskan semua pasokan dan komunikasi. Pada akhir Agustus 634 M, Damaskus sudah sepenuhnya terputus dari kekaisaran lainnya. Taktik Orang Arab itu membuat kota itu benar-benar kelaparan hingga akhirnya mereka menyerah. Keenam gerbang masuk kotanya dijaga dengan ketat dan diperintahkan tidak membiarkan Pasukan Bizantium lainnya mencapai kota.


Pada awal September, Kaisar Romawi Heraclius telah mengirimkan pasukan untuk menyingkirkan pengepungan.

Khalid Ibnu Walid, yang mengumpulkan sekitar 10.000 pasukannya berhasil menyerang Pasukan Bizantium dari dua sisi dan menghancurkannya. Kemenangannya berlangsung cepat dan didukung kavaleri yang cepat memudahkannya kembali ke kota sebelum pihak yang bertahan mengatur inisiatif penyerangan apa pun.


Seminggu kemudian, komandan garnisun Romawi Timur di Damaskus memutuskan untuk memutuskan garis pengepungan Khalid. Serangan pihak yang bertahan berada dalam dua gelombang berlangsung seharian, namun tanpa kemenangan. Komandannya sendiri, Thomas, terpanah di matanya.


Sepanjang malam tanggal 18 hingga 19 September, kota itu merayakan sebuah festival. Khalid Ibnu Walid melihat sebuah kesempatan yang nampak sempurna untuk menyerbu kota. Jadi dia secara pribadi memimpin serangan di salah satu gerbang. Dalam waktu singkat, dia berhasil memasuki kota. Thomas, mati-matian berusaha menyelamatkan kota menghadang Komandan Khalid Ibnu Walid. Dia meyakinkan Khalid Ibnu Walid untuk mengampuni kota itu, karena ia mengatakan kota-kota Kristen lainnya akan dengan cepat bersatu melawan penakluk Muslim.


Sang Komandan membujuk

Khalid Ibnu Walid, dan dia sepakat menduduki kota, namun tanpa membunuhi penduduk setempat atau menghancurkan gereja-gereja Kristen, dan membiarkan semua orang yang ingin meninggalkan kota tanpa terluka. Perdamaian yang disepakati berlangsung selama tiga hari, yang memutuskan apakah mereka tetap tinggal ataukah pergi. Saat tiga hari berlalu, Khalid Ibnu Walid memastikan konvoi pengungsi telah pergi.


Pasca Perang.

Damaskus menjadi pusat kebudayaan bagi Agama Islam, pertama kali ditunjuk sebagai ibukota adalah Suriah dan kemudian menjadi ibukota Kekhalifahan Umayyah yang perkasa. Digunakan sebagai wadah penyatuan Kebudayaan Arab, bahasa, dan Agama Islam yang baru didirikan.


Setelah Pertempuran Yarmuk (https://m.warhistoryonline.com/featured/arab-women-shame-fleeing-men-back-towards-fight-battle-yarmouk.html) dan kemenangan besar Khalid Ibnu Walid yang taktis terhadap Pasukan Heraclius di Bizantium, hasil dari penaklukan itu nampak jelas.


Penyebaran Islam.

Jatuhnya Damaskus menjadi titik balik utama Sejarah Islam. Yang mengkonsolidasikan Agama Islam di wilayah ini dan penyebarannya di Timur Tengah dan Afrika. Membuat stabilitas politik kekhalifahan kuat di masa depan yang akhirnya bertujuan mendapatkan kekuasaan tak terhentikan dan Penaklukan Kekaisaran Persia.


Penaklukan Arab membasahi tanah yang mereka lintasi dengan pertumpahan darah dan mempercepat ekspansi Islam berikutnya selama berabad-abad yang akan datang. Pada 750 M ekspansi Islam telah mengambil seluruh Wilayah Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian Asia. Selama kurang dari 100 tahun itu akhirnya mengubah masa depan dunia.


Ekspansi Arab.

Penyatuan Orang-orang Arab, kebijakan ekspansif para pemimpin mereka, janji-janji ajaran, adalah sumber utama perang yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad. Penaklukan Arab atas Kekaisaran Persia memiliki dampak yang sangat besar bagi Persia serta wilayah tetangga.


Menilik peristiwa masa lalu, gerakan awal penakluk Arab melalui wilayah Timur Tengah akhirnya menjadikan Agama Islam dan berdirinya negara-negara yang sekarang kita lihat di peta.


Kesimpulan.

Kejatuhan yang mudah bagi kedua Kekaisaran ini juga karena fakta mereka gagal mengenali ancaman dan menanganinya dengan tepat waktu. Selama periode peperangan satu sama lain, Kekaisaran Bizantium dan Sasaniyah terus menerus membutuhkan pemulihan kembali pasukan mereka, karena mereka menderita kerugian cukup besar setelah bentrokan. Mungkin salah satu alasan utama keberhasilan penaklukan Arab menerobos tanah kekuasaan mereka dengan begitu mudah karena peperangan yang terjadi selama beberapa dekade antara keduanya.


Sementara itu para penakluk Arab begitu termotivasi dan bersatu padu, tanah-tanah yang diperebutkan kedua Kekaisaran (Bizantium dan Sasaniyah) ini sepanjang waktu dibiarkan kurang dalam segala hal. Serta tidak adanya kekuatan yang berwibawa dan terkonsolidasi di kedua wilayah kekaisaran yang direbut oleh Orang Arab.


Kekhalifahan yang berkembang pesat berubah menjadi salah satu kekuatan paling disegani di Timur Tengah.







Sumber :

https://m.warhistoryonline.com/medieval/the-fall-of-this-city-paved-the-way-of-arab-conquests-all-the-way-into-spain.html

Komentar Anda

Previous Post Next Post